Daging
Written by Administrator
There are no translations available.
Ada Apa dengan Daging?
Mendengar kata daging, pikiran Anda pasti langsung tertuju kepada bagian dari hewan yang sebagian besar berupa jaringan otot dan dimaksudkan sebagai makanan. Daging ini dapat berasal dari unggas maupun hewan mamalia.
Daging merupakan sumber makanan yang kaya akan energi. Misalnya saja, daging sapi menghasilkan energi 207 kkal per 100 gramnya. Energi ini setara dengan energi yang dihabiskan untuk berjalan kaki sekitar 35 menit. Masyarakat Indonesia sangat akrab dengan olahan daging. Selain dapat dimasak sendiri di rumah, banyak sekali rumah makan yang juga menyediakan berbagai macam menu daging yang tentunya sangat lezat. Jenisnya sangat beragam mulai dari rendang daging sapi, sop kambing, ayam goreng mentega, steak, serta masih banyak lagi olahan daging lainnya. Daging dapat diolah sesuai selera dan sangat khas untuk setiap daerah. Apalagi, daging dapat menjadi pilihan utama sebagai menu di hari raya. Lalu apa yang menjadi hal menarik di sini? Ternyata banyak sekali ibu rumah tangga mau pun pedagang yang kurang mengerti dengan baik bagaimana menyimpan dan mengolah daging secara sehat. Mengingat tingginya konsumsi daging, diperlukan pengetahuan serta teknik khusus bagaimana memilih, menyimpan, dan mengolah daging.
Umumnya, banyak yang tidak mengetahui bahwa daging sapi yang selama ini dikonsumsi ada yang merupakan daging impor dari luar negeri seperti India, Singapura, Malaysia, dan Australia. Dapat dibayangkan lamanya waktu yang dibutuhkan daging-daging ini untuk menempuh perjalanan dari negaranya sampai ke Indonesia. Selama perjalanan itu, daging harus melewati berbagai proses yang panjang untuk sampai ke tangan konsumen. Yang pasti, daging impor seperti ini kurang higienis dibanding daging lokal yang lebih segar. Fakta lain yang sangat mengagetkan adalah bahwa ternyata waktu rata-rata yang diperlukan oleh daging impor untuk masuk ke dalam negeri dan melewati berbagai prosedur yang ada adalah sekitar 1-2 bulan, terkadang mencapai 3-4 bulan jika ada masalah dalam pendistribusian. Tentu saja daging seperti ini justru akan membahayakan kesehatan masyarakat.
Masalah lain adalah fakta bahwa banyak masyarakat kurang mengerti bagaimana memilih daging yang baik, menyimpan, serta mengolahnya. Pengetahuan yang kurang dalam memilih daging yang baik sangat berbahaya bagi si konsumen. Daging yang kurang bagus dapat menyimpan bakteri patogen yang sangat tinggi dan dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, banyak konsumen yang malas membersihkan daging setelah dibeli dan malah langsung memasukkannya ke dalam freezer. Padahal jika daging tidak dibersihkan sebelum disimpan, akan ada banyak mikroorganisme yang dapat tumbuh di sana. Fakta lain adalah daging yang sudah didinginkan lalu dikeluarkan untuk dimasak sebagian dan sisanya didinginkan kembali sangat berbahaya karena akan menambah jumlah mikroorganisme yang tumbuh. Yang lebih parah lagi adalah daging yang tidak matang sempurna sebab sangat berbahaya bagi kesehatan.
Sosis dan kornet juga dapat dikonsumsi karena pengawetan yang dialaminya menggunakan pengawet daging dari golongan nitrat dan nitrit yang bereaksi dengan myoglobin dari daging membentuk senyawa nitrosomioglobin yang memiliki warna merah yang khas dan bau yang khas pula. NO radikal yang dihasilkan dari pengawet daging golongan nitrat dan nitrit ini akan menyerang mikroba sehingga daging menjadi lebih awet, tetapi NO radikal juga dapat menyerang sel-sel tubuh kita sendiri kalau kadarnya terlalu banyak. NO radikal akan membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan atom Fe pada myoglobin. Pengawet ini tidak terlalu berbahaya karena NO radikal yang dihasilkan merupakan senyawa radikal yang endogen yaitu juga dihasilkan dalam tubuh akibat dari reaksi oksidasi asam amino arginin.
Ketentuan mutu sosis berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01–3820-1995) adalah kadar air maksimal 67 persen, abu maksimal 3 persen, protein minimal 13 persen, lemak maksimal 25 persen, serta karbohidrat maksimal 8 persen.
Berikut ini beberapa solusi tepat dalam mengonsumsi daging, yaitu:
Cerdas mengonsumsi daging
Pada saat membeli daging, pilih daging yang masih segar dan warnanya masih cerah. Daging yang terlihat memucat atau kuning kehijauan sebaiknya dihindari. Untuk daging ayam, jika warna daging agak kemerahan, biasanya disebabkan ayam sudah mati sebelum dipotong. Pastikan bau daging masih normal, tidak berbau busuk atau menyengat. Yang paling penting, biasakan membeli daging di tempat yang aman, jika perlu di tempat yang memiliki sertifikat aman dari pihak terkait.
Sebelum menyimpan daging, sebaiknya daging dicuci bersih terlebih dahulu. Jika daging dimaksudkan untuk beberapa kali memasak, maka pisahkan daging menjadi beberapa bagian. Hal ini untuk menghindari pertumbuhan mikroorganisme yang tinggi jika daging dibuka dari tempat penyimpanan lalu diambil sebagian dan disimpan kembali. Jika sudah dipisah-pisahkan dari awal, daging yang diambil hanya seperlunya saja dan sisa daging tetap aman karena tidak terbuka. Daging biasanya disimpan dalam wadah plastik. Daging sebaiknya lebih dulu dimasukkan ke dalam lemari pendingin sampai rasa dingin mengalir rata hingga ke bagian dalam daging. Setelah itu, baru masukkan daging ke dalam freezer. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pembusukan di bagian dalam daging (karena hanya beku di bagian luar). Suhu freezer juga dijaga tetap berada di rentang 0-4 ºC untuk memastikan pertumbuhan mikroba yang sangat minimal pada suhu rendah.
Jenis Daging Lemari Pendingin Freezer
Daging sapi 3 hari 9 – 12 bulan
Daging kambing 3 hari 6 – 9 bulan
Daging babi 3 hari 4 – 6 bulan
Daging sapi giling 1 hari 3 bulan
Jeroan sapi 1 hari 3 bulan
Sosis 3 hari 3 bulan
Daging dalam kemasan vakum 2 minggu 3 bulan
Solusi yang terakhir adalah pastikan daging matang secara merata hingga ke bagian dalam daging. Hindari olahan daging yang matangnya kurang sempurna karena daging yang tidak matang mengandung bakteri patogen yang sangat tinggi. Bakteri seperti ini dapat menyebabkan penyakit berbahaya hingga kematian. Pemanasan diusahakan dilakukan pada suhu yang tinggi karena bakteri patogen baru mati di atas suhu didih air.
Semoga solusi yang diberikan dapat menambah pengetahuan pembaca dan berguna untuk menjaga kesehatan. Selamat menikmati daging yang lezat dan sehat!