Membuka Wawasan Dengan Reseach Exchange di Rijksuniversiteit Groningen Belanda
Written by Administrator
There are no translations available.
“Sejauh ini, pengalaman 6 bulan di Belanda ini merupakan pengalaman paling berharga dan berkesan yang pernah saya lalui”. Itulah kesan yang tergambarkan Almendo Rafki, mahasiswa yang terdaftar di jurusan magister fast-track kimia ITB pada tahun ajaran 2010 – 2011. Diawal Juni tahun 2010, Rafki berhasil menamatkan pendidikan sarjana di Kimia ITB dan langsung mengikuti program magister jalur cepat (fast-track). Program ini memungkinkan adanya pengambilan materi S2 semasa di tahap sarjana sehingga tahap S2 dapat diselesaikan dalam waktu satu tahun.
Perjalannya menuju Belanda dimulai pertengahan Juni 2010, Rafki mengikuti sebuah tes interview (teleconference) dengan pimpinan Zernike Institute for Advance Materials, University of Groningen, Belanda. Kerjasama ini sendiri telah berlangsung sejak tahun 2007 dengan pemberian kesempatan beasiswa riset selama 6 bulan oleh Zernike Institute bagi mahasiswa FMIPA ITB. Singkat kata, Rafki beserta 5 orang teman – temannya berhasil lolos seleksi ini dan bisa melakukan riset S2 di Zernike Institut pada rentang bulan Februari – Juli 2011.
Di Zernike Institut, Rafki memilih kelompok penelitian Nanostuctured Materials and Interfaces Group yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir Bart. J. Kooi (http://nmi.phys.rug.nl/index.php). Meskipun Rafki berlatar belakang sarjana kimia dan grup ini termasuk salah satu yang mengkaji di bidang fisika, Rafki tetap maju karena diyakinkan oleh keinginan untuk mengkaji ilmu baru. Selain itu, Rafki juga menerima informasi dari kakak kelas yang menyatakan bahwa institut ini didirikan untuk bersama – sama meneliti tentang advance materials dan bidang kajian ilmunya telah saling terintegrasi dan mendukung. Contohnya fisika-kimia, fisika-biologi, biologi-kimia, fisika-komputasi, kimia-komputasi dan ada beberapa grup yang menggunakan 3 kombinasi sekaligus untuk menghasilkan tujuan riset yang diinginkan.
Selama di Belanda, Rafki telah berhasil melakukan penelitiannya, dengan judul “Crystallization of Ge-In-Sb-Te Films”, yang mengkaji campuran logam terdeposisi untuk aplikasi pada bidang teknologi memori. Alloy ini biasa disebut dengan Phase-change materials yang dapat digunakan sebagai material untuk PRAM (Phase-change Random Access Memory). Memory cell jenis ini diproyeksikan bisa menggantikan Flash Memory (USB Stick) dalam beberapa tahun kedepan karena memiliki karakteristik dan mekanisme penyimpanan data yang lebih baik.
Prinsip kerja PRAM adalah switching dari fasa amorf (1 state) ke fasa crystalline (0 state). Dengan menggunakan swiching dari fasa crystaline ke fasa amorf dengan menggunakan energi yang tinggi dalam waktu singkat maka data dapat tersimpan, proses ini disebut Melt-Quenching. Sedangkan perubahan fasa dari amorf ke kristalin akan memungkinkan penghapusan data dari memori menggunakan medium energi dan dalam waktu yang cukup lama, proses ini disebut annealing (secara fisik yang terjadi adalah kristalisasi dari material tersebut). Proses kristalisasi alloy Ge-In-Sb-Te (Ge8In13Sb47Te32) inilah yang Rafki pelajari dalam penelitian ini menggunakan alat HRTEM (High Ressolution Transmission Electron Microscopy) dengan menggunakan in-situ heating. Setelah mempelajari proses kristalisasi ini kita bisa memperoleh data suhu kristalisasi, laju kristalisasi, waktu untuk pertumbuhan kristal, energi aktifasi untuk pertumbuhan kristal dan parameter lain yang bisa menggambarkan bagaimana proses tersebut berlangsung. Penelitian ini sendiri merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya menggunakan komposisi material yang berbeda. Selain menggunakan TEM, Rafki juga di training menggunakan SEM dan mikroskop optik.Teknik wet chemical etching untuk mendapatkan sampel yang baik untuk diamati di TEM juga dilakukan dalam penelitian ini.
“Kebebasan menyampaikan ide sewaktu pertemuan grup dan mengkonversinya menjadi aksi langsung di Lab adalah comfort zone bagi saya sehingga enjoy elaksanakan penelitian disana”. Akses bebas ke jurnal – jurnal internasional, pemberian fasilitas lengkap di ruangan kerja, dan peralatan lengkap membuat pengaturan rencana kerja lebih baik dan efisien.
“Saya sangat mengapresiasi program research exchange yang digagas oleh FMIPA ITB ini. Disamping dapat menyelesaikan tesis master lebih baik, mahasiswa diberikan pengalaman dan wawasan lebih tentang budaya – pola pikir masyarakat eropa. Satu hal yang paling berkesan adalah ‘Mereka lebih “blak-blakan” dalam mengutarakan pendapatnya, berbeda dengan orang Indonesia yang lebih ga tegaan’, tutup mahasiswa yang pernah menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Kimia (HMK) AMISCA ITB periode 2009/2010 ini.