JENESYS 2012, Meningkatkan Kerjasama Remaja Indonesia dan Jepang
Written by Administrator
There are no translations available.
“Perjalanan yang menggugah semangat!” Komentar itu yang keluar dari Rizky Adriansyah Ritonga, mahasiswa yang saat ini menempuh S1 di Jurusan Kimia ITB. Pada tanggal 6 Mei hingga 16 Mei 2012 lalu, Ia mengikuti program pertukaran pelajar yang diadakan oleh pemerintah Jepang bernama Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths 2012 (JENESYS 2012). Program ini bermaksud untuk “memberi landasan yang kuat bagi terciptanya hubungan kerjasama yang erat di antara negara Asia melalui kegiatan pertukaran siswa dan pemuda dalam skala besar”.
Mengapa dalam skala besar? Latar belakang program ini adalah pada bulan Januari 2007, Perdana Menteri Jepang saat itu, Shinzo Abe, menyatakan bahwa Jepang berencana menyelenggarakan program kegiatan persahabatan remaja selama 5 tahun ke depan dengan mengundang sekitar 6000 orang remaja dalam setiap tahunnya, terutama remaja dari negara-negara yang ikut serta dalam pertemuan puncak para kepala negara Asia Timur (Negara-negara ASEAN, Australia, China, India, Selandia Baru, dan Korea). Berdasarkan rencana ini, pada tahun 2007 pemerintah Jepang mencanangkan “Program Jaringan Pertukaran Siswa dan Pemuda Jepang-Asia Timur Abad Ke-21 (JENESYS Programme) ”. Dalam program ini akan dilaksanakan berbagai bentuk program kegiatan persahabatan seperti mengundang remaja Asia Timur ke Jepang maupun mengirim remaja Jepang ke Asia Timur dengan bantuan dan kerjasama negara-negara maupun organisasi-organisasi terkait. Program ini diharapkan dapat memperdalam rasa saling pengertian di antara para remaja yang merupakan generasi penerus yang akan berperan penting di negara-negara peserta pertemuan puncak
para kepala negara Asia Timur tersebut di masa yang akan datang.
“Tahun 2012 merupakan tahun terakhir pelaksanaan program ini. Selama 4 tahun terakhir, sasaran program ini adalah murid-murid SMA di Indonesia. Pada tahun kelima program ini ditujukan untuk mahasiswa dan Alhamdulillah saya mendapatkan kesempatan”. ujar mahasiswa tingkat 4 yang saat ini mengemban amanah sebagai Senator HMK ‘AMISCA’ ITB periode 2012-2013 tersebut.
Persyaratan untuk mengikuti program ini cukup mudah di ITB. Persyaratan seperti pengisian form, transkrip nilai, nilai TOEFL dan penulisan esai mungkin sudah cukup lumrah dewasa ini. Namun proses ini sepenuhnya berada di bawah otoritas universitas masing-masing sehingga teman-teman dari universitas lain mungkin mengalami proses yang berbeda.
Delegasi Indonesia pada program JENESYS 2012 ini berjumlah 70 orang yang tersebar dari Provinsi Aceh hingga Nusa Tenggara Barat. Delegasi ITB sendiri berjumlah 3 orang, yaitu Rizky Adriansyah Ritonga (Kimia 2009), Verry Anggara Musriana (Fisika 2009) dan Fristy Tania (Teknik Sipil 2009).
Pada tanggal 6-7 Mei 2012, para peserta melalui proses orientasi dan cek kesehatan di Jakarta. Pada tanggal 8 Mei 2012 peserta diberangkatkan ke Tokyo. Program di Tokyo berupa kuliah umum tentang budaya Jepang, kunjungan ke Japan Ministry of Foreign Affairs(MOFA) dan kunjungan ke Museum Edo-Tokyo. Di sini dapat dilihat bahwa bagaimana penghargaan masyarakat Jepang terhadap budaya masih sangat tinggi di tengah kemajuan negaranya.
Pada tanggal 10-14 Mei 2012, 70 peserta berpisah untuk mengunjungi daerah-daerah yang berbeda di Jepang. Pembagian ini berdasarkan pada jurusan, General Arts mengunjungi daerah Chiba, Natural/Environmental Studies mengunjungi daerah Aichi dan Technology/IT mengunjungi daerah Fukuoka. Di masing-masing daerah, peserta akan melalui kuliah di universitas Jepang dan proses Homestay untuk memahami lebih dalam bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Setiap 3
orang atau 2 orang peserta akan tinggal bersama satu keluarga Jepang selama 2 hari.
“Walaupun hanya 2 hari, ikatan batin sudah terjalin sangat erat antara para peserta dan keluarga Homestay di Jepang. Kendala bahasa seakan tak ada lagi. Bahkan Okasan (Re:sebutan untuk ibu di Jepang) saya saat Homestay mengirimkan paket dari Jepang sepulangnya saya ke Indonesia” ujar mahasiswa berkacamata tersebut.
Hari-hari terakhir para peserta dihabiskan untuk penyiapkan presentasi hasil program selama kurang lebih satu minggu. Presentasi akan ditampilkan pada Menlu Jepang dan pejabat JICE (Japan International Cooperation Center) selaku penyelenggara dalam bentuk slide presentasi dan penampilan budaya Indonesia.
Walaupun tahun ini adalah tahun terakhir program ini, Rizky berharap program seperti ini terus diadakan agar lebih banyak lagi pemuda pemudi Indonesia yang tergugah semangatnya untuk memajukan Indonesia agar dapat melampaui Jepang.
Perkataan semangat ‘Ganbatte’ yang sering diucapkan oleh orang Jepang ternyata memiliki makna yang dalam. Negara Jepang adalah negara yang hamper tak mempunyai sumber daya alam dan sering mengalami bencana alam berupa gempa dan tsunami. Namun, keterbatasan itu tak membuat masyarakat Jepang lemah dan menyerah, justru mereka terus bersemangat dan pantang menyerah untuk mengatasi keterbatasan tersebut, sama seperti arti dari kata ‘Ganbatte’. Bagaimana dengan
Indonesia? Apakah Indonesia harus mengalami keterbatasan terlebih dahulu untuk mencapai kemajuan? Tentu saja tidak, saya percaya Indonesia bisa maju dan bahkan melampaui Jepang, jika kita berubah dan berkerja keras mulai saat ini. Ganbatte!!