Seri Kuliah Kimia dan Masyarakat – Ari Nurcahyo (KI 96)
KI4211 – Kimia dan Masyarakat
9 Februari 2018
Narasumber : Ari Nurcahyo (Alumni Kimia ITB angkatan 1996)
Reporter : Ahmad Yasin (Mahasiswa Kimia ITB angkatan 2015)
Antara Pilihan dan Keputusan
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Pada dasarnya, manusia tidak pernah mengetahui apa yang paling baik buat dirinya, sedangkan Sang Pencipta itu Maha Mengetahui. Ketika melangkahkan kaki dalam menempuh pendidikan tinggi memang penuh pilihan dalam memilih jurusan, terkadang pilihan tersebut harus bersebrangan dengan realita yang ada. Begitulah pilhan, penuh dengan ruang kebebasan dalam menentukan. Ketika telah berada di pilihan tersebut, lantas ada hati yang ingin menjerit seraya mengatakan “Sepertinya aku salah jurusan”. Hal ini adalah pemandangan yang terkadang muncul di jurusan Kimia ITB. Berawal dari masalah ini, kemudian akan hadir proses pendewasaan hidup. Sebagian orang ketika dihadapkan dengan masalah ini berusaha untuk menghindar, namun ada yang tetap berani untuk memutuskan bertahan dan menjadi seorang lulusan sarjana Kimia ITB. Begitulah keputusan yang diambil oleh seorang Ari Nurcahyo yang sekarang menjadi Executive Director PARA Syndicate. Bagi beliau, keputusan adalah suatu otonomi dalam hidup. PARA Syndicate adalah sebuah lembaga pemikiran dan kajian yang difokuskan pada usaha mendorong munculnya tokoh-tokoh pembaharu dan inspiratif di tingkat nasional maupun lokal yang berjuang untuk memajukan kehidupan kebangsaan dan demokrasi di tengah masyarakat.
Ari Nurcahyo, Executive Director PARA Syndicate, memberikan kuliah dalam seri kuliah Kimia dan Masyarakat di Ruang 2104 Kimia ITBKesuksesan beliau menjadi seorang Executive Director tidak datang begitu saja, semuanya merupakan hasil dari perjuangan, doa, dan keberanian dalam memilih keputusan. Latar belakang beliau sebagai seorang sarjana kimia tidak menghalangi niatan untuk menjadi seorang yang menggeluti dunia politik. Dengan berbekal kemampuan analitis seorang scientist dan ilmu-ilmu eksakta yang diperoleh di jurusan Kimia ITB,beliau memiliki modal yang cukup untuk berkarir di bidang tersebut. Kemampuan analitis seorang kimiawan yang didapatkan beliau justru memudahkan untuk mencerna berbagai fakta dan realita politik yang terjadi di nusantara.
Awal memilih pendidikan di Kimia ITB pada tahun 1996 pada dasarnya bukan bermula dari rasa suka yang mendalam di bidang itu. Beliau terbawa trend zaman di mana para orang tua bangga andaikan anaknya bersekolah di tempat lahirnya para engineer muda (ITB, red). Hal inilah yang menjadi cikal bakal Ari Nurcahyo untuk menempuh pendidikan di Kimia ITB. Walau minatnya di bidang humaniora masih terbesik di dalam dada, harapan membahagiakan kedua orang tua memberanikan beliau untuk melangkahkan kaki ke tatar Pasundan, tempat Institut itu berada. Pada tahun pertama belajar di Tahap Persiapan Bersama, beliau dapat dengan mudah melaluinya dengan mendapatkan nilai dengan baik. Semua itu berubah ketika studi berlanjut di jurusan kimia. Hal ini bukan karena kemampuan beliau yang rendah, namun karena minat belajar kimia bukanlah pilihan utama pada saat itu. Keorganisasian dan seni teater menjadi kegiatan yang membuat beliau lebih bahagia karena sesuai dengan minat yang ada. Melihat beberapa teman aktivis mahasiswa yang harus drop out karena terlalu sibuk dengan kegiatan berorganisasi, menyadarkan beliau untuk tetap harus lulus sebagai seorang sarjana. Dengan dorongan dari teman terdekat dan teringat pengorbanan orang tua untuk membiayai kuliah, akhirnya usaha beliau berbuah manis, beliau lulus sebagai seorang sarjana kimia. Bermodalkan pengetahuan eksakta dan pengalaman berorganisasi yang didapat semasa kuliah, beliau merantau ke Jakarta menempuh pendidikan master di bidang humaniora walaupun di waktu yang sama beliau telah mendapatkan tawaran kerja. Sembari menempuh pendidikan beliau menjadi seorang pengajar private di bidang eksakta dan menjadi seorang pekerja lapangan untuk mengumpulkan data ketika pemilihan presiden secara langsung pertama di Indonesia.
Kini beliau hadir untuk mengisi kuliah sebagai seorang pembicara, untuk membagi kisah dan perjalanan hidup semasa kuliah hingga bekerja. Kesuksesan karir beliau di bidang politik mendorong FMIPA ITB untuk memilih beliau sebagai alumni yang diberikan kehormatan untuk menulis dalam buku 70 tahun FMIPA ITB. Berdasarkan pemaparan beliau, ilmu kimia adalah ilmu yang amat dekat dengan kehidupan sosial, analogi kehidupan sosial sering berasal dari istilah kimia. Interaksi sosial akan menghadirkan suatu tarikan dan tolakan. Selain itu, ilmu kimia memudahkan beliau dalam melakukan analogi serta analisa berbagai kebijakan politik yang ada.
Kisah dan pemaparan yang disampaikan oleh beliau, Executive Director of PARA Syndicate, diperoleh hikmah kehidupan yang begitu bermanfaat bagi penulis. Dalam mengarungi kehidupan, ada suatu tanggung jawab yang harus dilakukan. Ketika dihadapkan dengan pilihan, selesaikanlah terlebih dahulu, jangan pernah menghindar dari pilihan yang telah kita tetapkan di awal karena di situlah kita akan belajar arti dari tanggung jawab. Selain itu, hal yang penulis peroleh dari pemaparan yang disampaikan oleh narasumber berani untuk mengambil keputusan dalam menentukan tujuan hidup. Jalanilah dengan sungguh-sungguh apa yang ada di depan kita sekarang karena apa yang kita lakukan sekarang tentu memiliki manfaat di masa yang akan datang. Penyesalan akan hal yang kita sia-siakan saat ini hanya akan datang di kemudian hari. (editor: MI)
Foto bersama peserta dan pengelola kuliah kimia masyarakat dengan narasumber